Perbandingan APAR CO2 vs. Kimia Kering. Mana Pilihan Anda?

perbandingan apar

Memahami perbandingan apar saat berhadapan dengan bahaya kebakaran adalah hal yang penting. Memiliki alat pemadam kebakaran yang tepat adalah hal yang krusial. Namun, di antara sekian banyak jenis APAR yang tersedia, dua yang paling sering ditemukan dan direkomendasikan adalah APAR Karbon Dioksida (CO2) dan APAR Kimia Kering (Dry Chemical). Keduanya terlihat serupa dan berfungsi untuk memadamkan api, tetapi memiliki karakteristik, keunggulan, dan kelemahan yang sangat berbeda.

Memilih yang salah bisa berakibat fatal atau, setidaknya, menyebabkan kerusakan yang tidak perlu. Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan antara kedua APAR ini, membantu Anda memahami mana yang paling sesuai dengan kebutuhan proteksi Anda.

Apabila Anda masih awam tentang dunia sistem proteksi kebakaran, beberapa artikel terkait di bawah ini bisa menjadi tambahan informasi bagi Anda. Artikel-artikel ini membahas topik seputar alat pemadam kebakaran yang penting untuk dipahami.

Artikel-artikel diatas akan membantu Anda lebih memahami perbedaan dan perbandingan apar yang ada serta sistem lain yang berhubungan.

Perbandingan APAR CO2 & Kimia Kering

  • APAR Karbon Dioksida (CO2): Mudah dikenali dari corongnya yang besar dan berbentuk kerucut. APAR ini berisi gas CO2 bertekanan tinggi yang bersifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak meninggalkan residu.
  • APAR Kimia Kering (Dry Chemical): Ini adalah jenis APAR yang paling serbaguna dan umum. Isinya berupa serbuk kimia halus yang merupakan campuran dari berbagai bahan, seperti monoamonium fosfat.

Meskipun keduanya adalah alat pemadam kebakaran yang efektif, cara kerja mereka dalam memadamkan api sangatlah berbeda.

Perbedaan apar co2 vs. dry chemical
Perbedaan apar co2 vs. dry chemical

Perbandingan Langsung Fitur Kunci

Mari kita bandingkan kedua APAR ini berdasarkan beberapa kriteria utama yang penting untuk diketahui.

1. Klasifikasi Api

Ini adalah perbedaan paling mendasar.

  • APAR CO2: Efektif untuk api Kelas B (cairan mudah terbakar seperti bensin, minyak) dan Kelas C (kebakaran listrik). CO2 bekerja dengan menyingkirkan oksigen dari api dan mendinginkan area kebakaran.
  • APAR Kimia Kering: Ini adalah APAR serbaguna yang dapat digunakan untuk api Kelas A (bahan padat seperti kayu dan kertas), Kelas B, dan Kelas C. Serbuknya bekerja dengan memutus reaksi kimia pada api.

Sumber Informasi Tambahan:

Untuk Klasifikasi Kebakaran diatas, anda bisa merujuk pada artikel yang membahas secara detail tentang masing-masing kelas api tersebut. Perbandingan apar yang tepat akan mempengaruhi efektifiatas dari apar itu sendiri.

2. Media Pemadam dan Efektivitasnya

  • APAR CO2: Menggunakan gas bertekanan. Saat dilepaskan, gas ini menggantikan oksigen di sekitar api, sehingga api tidak bisa “bernapas.”
  • APAR Kimia Kering: Menggunakan serbuk halus yang saat dilepaskan akan melapisi bahan bakar dan memutus reaksi kimia api, sehingga api padam.

3. Dampak Pasca-Pemadaman

  • APAR CO2: Karena menggunakan gas, APAR CO2 tidak meninggalkan residu. Ini menjadikannya pilihan ideal untuk area yang berisi peralatan elektronik, dokumen penting, atau mesin sensitif.
  • APAR Kimia Kering: Serbuk kimianya meninggalkan residu yang lengket dan korosif. Meskipun efektif memadamkan api, pembersihan setelahnya bisa sangat sulit dan berpotensi merusak peralatan elektronik.

4. Risiko Penggunaan

  • APAR CO2: Gas CO2 yang dikeluarkan sangat dingin (-78°C) dan dapat menyebabkan frostbite jika mengenai kulit. Selain itu, penggunaan di ruang tertutup tanpa ventilasi bisa menimbulkan risiko sesak napas bagi pengguna.
  • APAR Kimia Kering: Serbuk yang dilepaskan dapat menghalangi pandangan dan mengganggu pernapasan, sehingga perlu hati-hati saat menggunakannya di area tertutup.

Kesimpulan: Pilih Mana untuk Kebutuhan Anda?

Memilih antara APAR CO2 dan Kimia Kering tergantung pada jenis aset yang ingin Anda lindungi.

  • Pilih APAR Kimia Kering jika: Anda membutuhkan alat pemadam kebakaran serbaguna untuk risiko umum seperti di rumah, gudang, atau bengkel.
  • Pilih APAR CO2 jika: Anda ingin melindungi aset berharga yang sensitif terhadap air dan residu, seperti pusat data, ruang server, laboratorium, atau panel listrik.

Sumber:

  • NFPA (National Fire Protection Association): Kunjungi situs resmi NFPA untuk panduan standar internasional terkait jenis-jenis alat pemadam api. https://www.nfpa.org/en
  • Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat): Situs pemerintah setempat sering menyediakan panduan praktis dan regulasi terkait penggunaan dan penempatan APAR.

Jadilah pintar dalam memilih proteksi kebakaran. Memahami perbedaan antara APAR CO2 dan Kimia Kering adalah langkah pertama menuju keamanan yang lebih baik. Kami di Karina Fire adalah ahli dalam menyediakan konsultasi dan solusi proteksi kebakaran yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Anda. Hubungi kami untuk memastikan Anda memiliki alat pemadam kebakaran yang tepat dan efektif.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by @karinafire.official

 

MORE NEWS

Profesional K3 sedang melakukan audit sistem pemadam kebakaran pabrik pada instalasi hydrant.

5 Alasan Wajib Lakukan Audit Sistem Pemadam Kebakaran Pabrik

Kapan terakhir kali Anda memeriksa kelayakan sistem proteksi di pabrik? Artikel ini mengupas tuntas 5 alasan krusial mengapa audit sistem pemadam kebakaran pabrik wajib dilakukan secara rutin. Mulai dari kepatuhan regulasi,
Ilustrasi pekerja pabrik yang ragu saat menghadapi situasi darurat akibat kurangnya pemahaman penggunaan APAR.

7 Kesalahan Penggunaan APAR Pabrik yang Fatal & Solusinya

Sering diabaikan, kesalahan penggunaan APAR pabrik ternyata menjadi penyebab utama kegagalan pemadaman api dini di area industri. Artikel ini mengupas 7 blunder fatal yang wajib dihindari, mulai dari pemilihan jenis media
Inspeksi risiko kebakaran pabrik oleh teknisi keselamatan menggunakan perangkat digital di area produksi.

Cegah Kerugian: Mengelola Risiko Kebakaran Pabrik & Solusinya

Risiko kebakaran pabrik merupakan ancaman nyata yang dapat mengganggu stabilitas produksi, keselamatan tenaga kerja, serta citra profesional sebuah perusahaan manufaktur. Artikel ini mengupas tuntas faktor penyebab, dampak bisnis, hingga strategi mitigasi